Isi Surat Raja Sriwijaya Sri Indrawarman kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Pada tahun 718 M Raja Sri Indrawarman mengirimkan surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang menunjukkan niatnya untuk menjalin hubungan diplomas.
Penulis: - 24 Februari 2025
Isi Surat Raja Sriwijaya Sri Indrawarman kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Sejak zaman kuno, surat menyurat antara para pemimpin atau raja-raja di dunia telah menjadi salah satu bentuk diplomasi yang penting. Melalui surat, mereka dapat menjalin hubungan politik, ekonomi, serta pertukaran budaya dan agama. Salah satu contoh penting dari korespondensi semacam ini adalah surat yang dikirim oleh Raja Sriwijaya Sri Indrawarman kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz pada tahun 718 M.

Raja Sriwijaya Sri Indrawarman dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Sri Indrawarman adalah salah satu raja yang memerintah Kerajaan Sriwijaya pada awal abad ke-8 M. Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang berpusat di Sumatra dan memiliki pengaruh besar di kawasan Asia Tenggara. Sebagai pusat perdagangan dan agama Buddha, Sriwijaya dikenal sebagai kekuatan dominan di Selat Malaka dan menjadi pusat pendidikan Buddhis yang terkenal di dunia pada masanya. Meskipun berakar pada ajaran Buddha, hubungan Sriwijaya dengan dunia Islam mulai berkembang pada masa pemerintahan Sri Indrawarman.

Sementara itu, Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah dari Dinasti Umayyah yang memerintah antara tahun 717-720 M. Ia dikenal sebagai pemimpin yang adil, sederhana, dan religius. Umar bin Abdul Aziz berusaha memperbaiki administrasi pemerintahan, menghapus praktik korupsi, dan memperluas dakwah Islam dengan cara yang damai. Kepemimpinannya membuatnya dihormati, bahkan oleh penguasa di luar dunia Islam, termasuk Raja Sriwijaya.

Isi Surat Raja Sriwijaya Sri Indrawarman kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Pada tahun 718 M, Raja Sri Indrawarman mengirimkan surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang menunjukkan niatnya untuk menjalin hubungan diplomasi dan belajar lebih banyak tentang Islam. Berikut isi suratnya:

“Dari raja diraja (rajanya para raja), yang adalah keturunan seribu raja, yang istrinya juga adalah anak cucu seribu raja, yang dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wewangiannya sampai menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab (Umar bin Abdul Aziz), yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tidak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan, dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.”

Surat ini menunjukkan bahwa Sri Indrawarman memiliki kesadaran terhadap keberadaan Islam dan tertarik untuk mempelajarinya. Selain itu, surat ini juga mencerminkan kekayaan dan kejayaan Sriwijaya pada masa itu, seperti yang terlihat dari penyebutan jumlah raja yang menjadi leluhurnya, banyaknya gajah dalam kandang istana, serta komoditas perdagangan utama seperti gaharu, pala, dan kapur barus.

Ilustrasi Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Dampak Surat dan Respon Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Surat ini mendapat tanggapan positif dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Sebagai pemimpin yang mendukung dakwah Islam secara damai, ia mengirimkan seorang utusan beserta para ulama untuk memperkenalkan ajaran Islam kepada Raja Sriwijaya. Utusan ini membawa serta kitab-kitab Islam dan mengajarkan prinsip-prinsip dasar agama kepada Sri Indrawarman dan rakyatnya.

Walaupun Sriwijaya tetap menjadi kerajaan Buddhis hingga beberapa abad kemudian, surat ini menandai salah satu interaksi awal antara Nusantara dan dunia Islam. Hubungan ini menjadi awal dari proses Islamisasi yang semakin berkembang di wilayah Asia Tenggara pada abad-abad berikutnya, terutama melalui jalur perdagangan dan interaksi budaya.

Surat Raja Sriwijaya Sri Indrawarman kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz merupakan bukti penting dari hubungan awal antara dunia Melayu dan dunia Islam. Selain menunjukkan ketertarikan Sriwijaya terhadap Islam, surat ini juga mencerminkan diplomasi antara dua pemimpin besar pada zamannya.

Hubungan ini kemudian berkontribusi pada penyebaran Islam di Nusantara, yang berkembang pesat pada abad-abad berikutnya melalui jalur perdagangan dan dakwah damai.