Pada abad ke-13, Imperium Mongol berdiri sebagai kekuatan yang tak terbendung. Dari stepa Mongolia yang luas, pasukan berkuda mereka bergerak seperti badai, menaklukkan wilayah demi wilayah dengan brutal dan efektif. Di bawah kepemimpinan Genghis Khan dan keturunannya, mereka menguasai sebagian besar Asia dan Eropa Timur, menaklukkan bangsa-bangsa yang jauh lebih besar dan mapan.
Kota-kota besar seperti Baghdad, Kiev, dan Beijing jatuh ke tangan mereka dalam waktu singkat. Tidak ada yang bisa menghentikan mereka, dari peradaban Islam yang megah di Timur Tengah hingga kekaisaran besar di Cina. Bahkan Rusia tunduk di bawah kekuatan Mongol. Namun, di sebuah pulau kecil di selatan Asia, Mongol justru mengalami kehancuran yang memalukan.
Latar Belakang Ekspedisi Mongol ke Jawa
Semua berawal pada tahun 1289, ketika Kaisar Mongol, Kubilai Khan, mengirim utusan ke kerajaan Singasari di Jawa. Ia menuntut Raja Kertanegara untuk tunduk dan membayar upeti kepada Kekaisaran Mongol, seperti yang telah dilakukan oleh banyak kerajaan lainnya. Namun, jawaban Kertanegara sungguh mengejutkan, alih-alih tunduk, ia malah merusak wajah utusan Mongol, menganggap permintaan itu sebagai penghinaan besar.
Tindakan ini adalah tamparan keras bagi Mongol, yang selama ini selalu dipatuhi atau ditakuti. Kubilai Khan yang murka tidak tinggal diam. Pada tahun 1293, ia mengirim pasukan besar yang dipimpin oleh Jenderal Ike Mese, beserta dua jenderal lainnya, Gaoxing dan Yighu, dengan sekitar 20.000 hingga 30.000 prajurit. Mereka berlayar ke Jawa dengan misi balas dendam dan penaklukan.
Mongol Datang, Tapi Jawa Berubah
Ketika pasukan Mongol mendarat di pantai Tuban, mereka mendapati bahwa keadaan di Jawa telah berubah. Singasari sudah runtuh akibat pemberontakan Jayakatwang, Adipati Kediri yang berhasil menggulingkan Kertanegara. Namun, putra menantu Kertanegara, Raden Wijaya, masih hidup dan memiliki rencana cerdik.
Mengetahui kebencian Mongol terhadap Jayakatwang, Raden Wijaya berpura-pura bekerja sama dengan mereka. Ia meminta bantuan pasukan Mongol untuk menggulingkan Jayakatwang dengan janji bahwa ia akan tunduk kepada Kubilai Khan setelah mendapatkan kembali kekuasaannya. Mongol yang merasa mendapatkan sekutu lokal pun setuju dan bergerak menuju Kediri.
Kemenangan yang Menjebak
Pasukan Mongol bertempur dengan kekuatan penuh. Jayakatwang dan pasukannya dihancurkan dalam waktu singkat. Benteng Kediri jatuh, dan Jayakatwang pun ditawan. Mongol berpikir mereka telah meraih kemenangan besar di Jawa, dan hanya tinggal menunggu Raden Wijaya untuk menyerahkan diri.
Namun, justru di saat Mongol merasa berada di puncak kejayaan, Raden Wijaya menunjukkan kepiawaian strategi yang luar biasa. Setelah Jayakatwang dihancurkan, ia meminta izin untuk kembali ke desa asalnya di Tarik guna mempersiapkan upacara penyerahan diri kepada Mongol. Tidak menaruh curiga, pasukan Mongol membiarkannya pergi.
Serangan Balik Raden Wijaya
Saat pasukan Mongol tengah berpesta merayakan kemenangan, Raden Wijaya tiba-tiba berbalik arah. Ia mengerahkan pasukan yang telah ia siapkan sebelumnya dan menyerang Mongol secara mendadak.
Serangan ini benar-benar mengejutkan pasukan Mongol. Mereka tidak siap menghadapi perang di wilayah yang penuh dengan hutan dan sungai, berbeda dengan medan perang luas yang biasa mereka kuasai. Ditambah lagi, pasukan Raden Wijaya mengenal daerah itu dengan baik, sementara Mongol kebingungan dalam mengejar mereka.
Pertempuran berlangsung sengit. Pasukan Mongol yang awalnya penuh percaya diri, kini mulai tercerai-berai dan mengalami kekalahan yang memalukan. Mereka mencoba bertahan, tetapi jumlah mereka semakin berkurang. Raden Wijaya berhasil mengusir mereka kembali ke pantai.
Pasukan Mongol. |
Kekalahan Memalukan dan Kembalinya Mongol
Melihat situasi yang semakin buruk, Jenderal Ike Mese memutuskan untuk segera mundur. Pasukan Mongol yang tersisa buru-buru naik ke kapal mereka dan berlayar kembali ke Tiongkok dalam keadaan terpukul.
Misi yang awalnya ditujukan untuk menaklukkan Jawa justru berakhir sebagai kegagalan total. Bukan hanya mereka gagal menaklukkan Raden Wijaya, tetapi mereka juga kehilangan banyak prajurit dalam perang yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Tak lama setelah kemenangan ini, Raden Wijaya mendirikan kerajaan baru yang kelak dikenal sebagai Majapahit—kerajaan besar yang nantinya akan menjadi kekuatan dominan di Nusantara selama lebih dari dua abad.
Kesimpulan: Mongol Takluk di Nusantara
Kekalahan Mongol di Jawa menjadi salah satu dari sedikit kekalahan besar mereka sepanjang sejarah ekspansi mereka yang luas. Pasukan Mongol yang biasanya tak terbendung di daratan luas justru tidak mampu menghadapi medan perang yang asing dan taktik cerdik Raden Wijaya.
Kisah ini menjadi bukti bahwa sekalipun sebuah kekaisaran tampak begitu kuat dan tak terkalahkan, selalu ada titik lemah yang bisa dimanfaatkan oleh mereka yang cerdas dan berani. Kekalahan Mongol di Jawa bukan hanya sekadar kegagalan militer, tetapi juga menjadi pelajaran bahwa strategi, kecerdasan, dan pemanfaatan kondisi lokal bisa mengalahkan kekuatan besar sekalipun.